Cerpen Sebatas Teman
Sebatas Teman
Oleh
Eka Wigati
Kring…kring.. Bunyi alarmku berdering meraung-raung hingga sampai ke telingaku. Tubuhku seakan tak ingin
untuk beranjak dari pulau kapuk yang sangat nyaman ini, tapi karna kewajiban
untuk kuliah maka aku paksakan untuk bangun dan bergegas bersiap untuk kuliah.
Jam menunjukan Pukul 07:30 aku bergegas pergi ke kampus
karna memang hari rabu kami kuliah pagi. Sesampai aku di kampus biru itu bunyi
sepatu pantopel memecahkan suasana sepi karna belum banyak mahasiswa yang datang untuk
kuliah. Ketika aku melihatnya ternyata sosok lelaki
dengan badan berisi berkulit sawo matang dan
berparas seperti aliando itu, yah namanya adalah mafis . Aku sering memanggil dia dengan sebutan fis. Dia adalah temanku, teman main, teman berantem, teman bercanda, dan
bahkan kami suka marahan layaknya seorang musuh.
Dia adalah teman
Pertamaku di Kampus . dan bahkan setiap ada dia pasti ada aku.
Sampai teman-temanku selalu mengira kami ini pasangan kekasih, padahal kami
Cuma sekedar sahabat aja. Kami sudah berjanji bahkan kami tidak akan menodai
persahabatan kita dengan percintaan.
Aku senang bisa mempunyai sahabat seperti mafis dia itu
pengertian banget, aku sakit dia langsung pergi ke apotek untuk membelikan aku
obat. Pokoknya dia itu sahabat terbaik aku. Mengapa aku lebih suka berteman
dengan seorang lelaki ketimbang wanita, ya karna aku ini orangnya males punya
temen yang hanya bersandiwara di depan dia baik eh di belakang kita dia mencela
kita. Itulah alesan juga mengapa aku gak mau pacaran sama wanita. Hahahha
Johil alias jomblo jahil. Itu adalah julukan aku kepada
mafis, si lelaki manis, cool dan mit amit jahilnya. Awalnya aku hanya iseng aja
manggil dia seperti itu. Eh ternyata itu adalah panggilan yang pas untuk mafis.
“Hai Meisya!”
“ Hai Juga fis, gimana hari ini udah ketemu belum sama calon gebetan”.
Tanya Meisya dengan sedikit ejekan.
“ ya belum lah masih nihil,” balas mafis dengan membuang muka sejenak.
“ Yaudah sabar ajaa nanti aku kenalin sama cewek-cewek sosialita di kampus
ini”.
“ Ah kamu dari dulu mah selalu bilang gitu tapi nihil juga hasilnya”.
Kadang aku kasian melihat mafis selama ini masih
menjomblo. Dia itu belum bisa melupakan sosok wanita yang paling dia sayang.
Dia putus sama pacarnya bukan karna pacarnya selingkuh tapi karna pacarnya
kecelakaan dan meninggal di tempat ketika pulang kuliah. Semenjak itu dia males
ingin pacaran lagi. Dia itu selalu aku kenalin dengan teman-teman satu
organisasi denganku. Tapi ketika kenalan katanya belum pas, belum ada yang bisa
seperti wati katanya. Banyak sih sebenernya wanita yang mau sama dia ya secara
mafis itu orangnya baik, pemenang lomba karate, dan lumayan gantenglah. Tapi
dasar dia aja yang belum niat buat nyari pengganti wati.
“Mei pulang kuliah pergi yok”.
“Kemana?”
“Nonton Bioskop”.
“yaudah ayok, tapi aku tanya sama mas afif dulu ya”.
Ya walaupun aku temen deket sama mafis tapi ya aku punya
pacar namanya Muhammad afif dirgantara. Dia sudah bekerja di salah satu kantor
yang ada di kota Palembang. Dia selalu percaya dengan ku karna aku dan mas afif
udah komitmen dan aku gak bakal hianati dia.
“yailah mei ribet amat sih udah kayak pemimpin upacara aja laporan dulu”.
Jawab mafis
“ya gini fis kalo punya pacar ini adalah bukti bahwa kami komitmen”.
Mafis itu selalu komentar ke aku kalo aku pergi selalu
laporan dulu ke mas afif, mungkin dia gak nyaman kali ya soalnya aku dan mafis
kan udah temenan lama ketimbang aku dan mas afif kenal. Soalnya semenjak aku
pacaran sama mas afif aku dan mafis seperti dibatasi oleh jarak. Ya kan aku
sebagai pasangan yang baik harus menjaga perasaan pasangan aku.
Aku dan mafis sudah sekitar sejam duduk di depan kelas.
Dosen pun tak kunjung datang sehingga temen-temen di kelas bak anak ayam yang
kehilangan induknya. Suasana kelas menjadi gaduh dan kegiatanya bermacam-macam
ada yang selfi, ada yang buat tik tok yang lagi kekinian dan ada juga yang main
game mobile legend. Sedangkan aku dan mafis Cuma duduk di depan kelas sambil
melihat mahasiswa yang datang dan pergi sesuka hatinya.
Rasanya sekarang cacing yang ada di perutku ini lagi
demo. Ya karna anak kos lah mana sempet masak dulu di kosan pas kuliah masuk
pagi. Tapi kutunggu sekitar 30 menit lagilah takutnya pas aku ke kantin eh
dosenya masuk kan percuma aja aku dandan cantik jelita bak putri keraton ini
kalo ke kampus Cuma duduk aja dan gak kuliah. Lama semakin lama aku jenuh
menunggu dosen. Ya sepertinya setan lagi berusaha membujukku untuk pergi ke kantin aja. Aku dan mafis pun ke
kantin dan memesan makanan kesukaan kami yaitu gado-gado rasa ketoprak.
Setelah aku makan, mafis pun mengajakku untuk pergi
nonton bioskop. Awalnya aku ragu untuk pergi karna mas afif sama sekali tak
membalas chat WA dari aku padahal ketika kulihat notifnya dia sedang online.
Aku tak ingin suuzon kepada mas afif mungkin dia lagi sibuk. Akhirnya aku
menyetujui ajakan mafis untuk pergi nonton bioskop. Sesampai di bioskop kami
memilih nonton film Dilan ya karna film itu lagi di idolakan para kaum adam dan
hawa. Antrian pun panjang sekali dan tragisnya yang nonton hampir rata rata pasangan
semua. Sedangkan aku hanya pergi sama sahabat aku aja, ya maklumlah mas afif
itu sibuk kerja dan aku memaklumi itu. Selama masih ada mafis aku tak akan
merasa kesepian.
Teater 3 pun telah dibuka. Aku dan mafis masuk ke teater
3. Aku duduk di K.10 dan mafis duduk di K.11. Aku baper banget nonton film
dilan bagaimana mungkin seorang dilan bisa memberikan hal-hal sederhana namun
berkesan untuk milea. Salutnya milea yang awalnya cuek menjadi suka sama dilan.
90 menit film dilan di putar akhirnya selesai juga. Aku dan mafis langsung
beranjak pergi dari ruangan itu. Setelah selesai aku dan mafis langsung pulang
karna aku merasa khawatir mengapa mas afif gak ada kabar seharian.
Penuh tanya di otakku, apa mas afif lagi pergi sama cewek
atau mas afif sibuk. Ah fikiran itu selalu terlintas di otakku ketika mas afif
gak ada kabar. Aku yakin mas afif gak akan hianati aku. Aku dan mafis menuju
parkiran dan aku melihat pemandangan yang seakan menyayat hatiku hancur
berkeping- keeping. Aku melihat mas afif jalan dengan seorang wanita cantik
berjilbab dan berbadanya ideal itu. Tanpa berfikir panjang aku langsung
menghampiri mereka. Aku menanyakan wanita itu ke mas afif seperti layaknya
seorang wartawan yang terus bertanya ke narasumbernya. Mas afif pun terlihat bingung
dan berusaha menjelaskan bahwa wanita itu adalah teman sekantornya.
“Jadi ini alasan mas gak bales WA aku”. Ucapku sambil terisak menangis
Kufikir kalaupun mereka tak ada apa apa mengapa mas afif
seperti gugup menjawab pertanyaan aku dan mengapa mas afif gak bales WA aku.
Kala itu fikiranku hanya melihat mas afif berselingkuh di belakang aku. Aku tak
membiarkan mas afif menjelaskan sepatah katapun untuk menjelaskan alasan dia
pergi dengan wanita itu tanpa sepengetahuan aku.
“ Kita Putus”. Ucapku
Tanpa berfikir panjang aku melontarkan kalimat itu. Mas afif pun diam tanpa menjawab sepatah kata
pun. Setelah puas aku bilang itu ke mas
afif aku langsung mengajak mafis pergi. Sepanjang jalan aku menangis terasa
sesak sekali dadaku melihat kenyataan ini. Mafis mencoba menghiburku dan aku
pun tak menjawab sama sekali omongan mafis yang aku tau aku sakit hati. Mafis
pun membelokan motor maticnya ke salah satu taman yang ada di kota Palembang.
Dia menyuruhku untuk menangis biar hati aku puas.
“mengapa mas afif tega fis denganku, apa karna wanita itu lebih cantik,
udah kerja. Sehingga mas afif lebih milih jalan sama dia ketimbang aku yang
hanya mahasiswa ini, kau tau fis aku
sama sekali tak pernah membayangkan mas afif tega melakukan ini semua kepada
ku”. Ucapku sambil terisak-isak menangis
Mafis pun diam seolah bingung ingin menjawab apa, dia
menyuruhku menangis di pundaknya.
“Menangislah mei sepuas-puasnya, tapi nanti jangan lagi menangis. Kamu
jelek kalo lagi nangis kayak mak lampir”. Ucapnya sambil menghiburku.
Seketika itu aku menangis di pundak mafis, mafis terus
saja menghiburku dan akhirnya aku berhenti menangis. Tapi masih terasa sesak di
dadaku ini. Aku langsung memblokir kontak mas afif dari semua sosial media ku.
Karna dialah alasan aku untuk setia dan karna kelakuan dia aku sangat
membencinya.
“Udah jangan nangis lagi, sayang air matanya disimpen ya buat besok lagi”.
Ucap mafis
Aku sadar lelaki seperti itu tak pantas untuk ditangisi
lagi. Aku pun memutuskan untuk tidak akan menangis lagi untuk mas afif aku akan
berusaha melupakan perlahan mas afif dari fikiran aku.
“fis sekarang kita Frendjo ya” Ucapku
“Hah apaan itu ?”. Ucap mafis seraya penasaran
“Friendjomblo atau temen jomblo”.
Mafis pun tertawa seolah berusaha mengajakku untuk
melupakan semua kejadian hari ini. Sejak saat itu aku dan mafis selalu
menghabiskan waktu bersama ketika waktu senggang dan saat weekend tiba, bahkan orangtua
aku dan orangtua mafis tau kalo kami sahabatan udah lama dan mereka percaya
dengan kami. Dimana ada mafis selalu ada aku dan dimana ada aku pasti ada
mafis. Aku akan selalu bahagia jika aku punya banyak sahabat seperti mafis.
Komentar
Posting Komentar